Gelanggang Olahraga Universitas Negeri Jakarta, sekali ini dipenuhi hampir seribu seratus Pesilat, Karateka dan Kenshi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk unjuk kebolehan ….
Tepat pukul 09.00, Invitasi Cabang Olahraga Beladiri Mahasiswa Tahun 2024 resmi dibuka oleh Kadispora Jakarta, Bapak Andri Yansyah. Dalam amanatnya, ia menyatakan bahwa; “Saat ini, olahraga sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Oleh sebab itu, kenyataan tersebut menjadi dasar pijakan kita untuk bersama-sama menggelar event yang kreatif untuk memberikan dampak positif bagi lingkungan”.
“Dan yang lebih penting lagi adalah”, imbuhnya, “kegiatan ini menjadi tolok ukur bagi para Atlet dan Pelatih di dalam menghadapi berbagai multievent yang lebih besar di masa mendatang; di antaranya Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) dan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Sekali ini, Universitas Nasional mengutus 2 (dua) Cabang Olahraga andalannya; yakni Pencak Silat dan Karate.
Kali ini, hampir semua cabor harus berjuang mati-matian untuk dapat berdiri tegak di atas podium; maklum, sekali ini, Pesilat, Karateka dan Kenshi dari luar kota, di antaranya Maluku, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, turut ambil bagian.
Namun apa daya, karena pemulihan akibat mengikuti pertandingan Pencak Silat di Universitas Ibnu Khaldun Bogor, maka, sebagian besar harus terhenti di seperenambelas dan delapan besar. Boleh dikata, Universitas Nasional hanya menyisakan masing-masing 1 atlet di cabang olahraga Pencak Silat dan Karate —- masing-masing di Seni Tunggal Putri dan Kata Perorangan.
Babak penyisihan sejak hari pertama dan kedua berhasil mereka lalui dengan penuh semangat.
“Ini benar-benar partai neraka”, demikian ungkap ofisial dari Lampung dan Sumatra Utara hampir bersamaan.
Semua yang mendengar hanya bisa tersenyum penuh arti. Tak ada canda seperti biasanya, semua menatap tegang ke arah matras (tatami).
Perebutan medali untuk KATA Perorangan Putra juga berlangsung sengit; Fariz Aulia Azka harus berhadapan dengan seniornya; Mohammad Rifqi Alfabian yang merupakan juara KATA pada dua POMNAS yang lalu. Dengan penuh sportifitas, ia pun mengakui kelebihan seniornya dan hanya mendapatkan medali perunggu.
“Saya puas karena telah berusaha dan dikalahkan oleh senior yang memang sudah benar-benar berpengalaman”, katanya sambil tersenyum.
“Semoga akan datang saya bisa menggantikannya berdiri di paling atas”, tambahnya lagi.
Hal serupa juga dialami oleh Suci Nur Ramadanti, ia hanya mendapatkan medali perunggu setelah dikalahkan oleh pesilat dari Universitas Mercu Buana dan Universitas Negeri Jakarta.
“Yang pasti, hasil ini akan kita evaluasi dengan saksama. Semoga ke depan bisa lebih baik dari yang sekarang”, kata sang ofisial, Veronica Safitri.
Selamat dan Sukses untuk Azka (FTKI/SI) dan Suci (ILKES/KEPERAWATAN) atas prestasinya semoga ke depan akan lebih baik.
Semoga.
Ayu Kh/Ver.