Semua terhenyak, di tengah-tengah ingarnya masalah korupsi di Pertamina, ternyata, kita abai dengan amanat konstitusi untuk lingkungan sehat ….

Suasana pagi menjelang siang di Kampus UNAS, Pasar Minggu, tampak agak tenang. Maklum, selain lepas Ujian Akhir Semester para mahasiswa juga tampak tegang karena mengantarkan sahabat, keluarga, kekasih atau seniornya sidang skripsi.

Namun, sekitar 150 orang mahasiswa tampak tenang menunggu di ruang Aula Blok A lantai 4 — tujuannya tak lain, untuk mengikuti seminar tentang Menyambut Ekonomi Tinggi Yang Berkelanjutan: Urgensi Transisi Energi dengan menghadirkan 2 (dua) nara sumber, yakni Dr. Eddy Suparno S.H., M.H. sekaligus merupakan Wakil Ketua MPR RI dan Prof (asc) Ir. Ruliyanta, S.T., M.T., Ph.D., Dekan Fakultas Teknik dan Sains Universitas Nasional.

Lewat papernya, Dr. Eddy Suparno mengajak seluruh civitas akademika Universitas Nasional khususnya dan seluruh masyarakat agar kembali ke pasal 28H Ayat 1 UUD 1945 yang secara tegas menyuratkan; “Setiap warga negara memiliki hak untuk dapat hidup sejahtera, lahir dan batin, bertempat tinggal, serta mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat”.

Secara tegas dapat dikatakan; “Ruang udara yang sehat dan tidak membahayakan kesehatan adalah hak bagi setiap warga negara”.

Untuk itu, ia mengajak semuanya untuk memulai dari dirinya sendiri; “Cukup dengan memilah sampah di rumah. Mana sampah yang dapat dijadikan kompos, mana yang bisa didaur ulang dan mana yang terurai dalam waktu lama. Nah … dengan begitu semua telah berbuat”.

“Nah … yang kami lakukan adalah memperjuangkan lingkungan hidup bersih dan udara sehat melalui koridor demokrasi”, ujarnya dengan penuh semangat, “ingat, rancangan Undang Undang Energi Terbarukan (UU EBET) di DPR RI telah masuk tahap final dan secara teknis siap untuk disahkan”, sambungnya.

“Semua mengacu pada satu tujuan, peralihan dari energi fosil ke energi “hijau” sudah bukan pilihan, namun, keharusan!” Tandasnya.

Bak gayung bersambut, Ruliyanta Ph.D juga menyampaikan bahwa Green Building sebagai Solusi dalam Transisi Energi. Ia juga memberikan contoh; “Sebenarnya, banyak hal yang bisa dilakukan di dalam keseharian”.

“Misalnya, mematikan lampu dan perangkat elektronik jika tidak digunakan, atau, mengoptimalkan pencahayaan alami dengan membuka jendela atau tirai di siang hari dan banyak lagi yang lainnya”, imbuhnya lagi.

“Tidak cukup sampai di situ, untuk mencerminkan kehidupan yang lebih sehat dalam keseharian adalah menggunakan transportasi ramah lingkungan. Misalnya, lebih mengutamakan menggunakan transportasi umum, berjalan kaki atau bersepeda … bisa juga menggunakan kendaraan listrik atau berbagi kendaraan (carpooling), bahkan sampai mengurangi perjalanan yang tidak perlu”, sambungnya sambil tersenyum.

“Agar hidup sehat, maka, lingkungan dan ruang hijau harus terus terjaga dengan menanam pohon, meletakan tanaman di dalam ruangan untuk meningkatkan kualitas udara di dalam rumah, tidak membuang sampah sembarangan bahkan hindari penggunaan pupuk kimia agar tidak merusak tanah”, paparnya panjang lebar.

Paparan kedua nara sumber yang lugas dan bernas membuat suasana seminar menjadi hidup. Apalagi pelbagai pertanyaan yang muncul berhasil mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan. Tak dapat dipungkiri, seminar kali ini benar-benar merupakan hikmah dari bulan suci Ramadhan; terbuka, santai tapi semua terpuasi.

“Ya Robb jadikanlah negeri kami sebagaimana yang tadi diutarakan oleh kedua nara sumber”, demikian bisik hati para peserta sambal meninggalkan Aula Blok A.

Semoga.

Ayu Kh/Veronica

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.