RICKY dan NADA KEMBALI UNJUK KEBOLEHAN

Walau cuaca tidak bersahabat, namun, perjuangan dan semangat para atlet untuk meraih tempat yang terhormat tak jua surut ….

Waktu terus bergulir, sementara, di luar sana, selain hembusan angin yang demikian kencang hujan pun enggan untuk berhenti. Sesekali rinai, namun tak lama, kembali hujan seolah ditumpahkan dari langit lepas.

Boleh dikata, udara benar-benar tak bersahabat ….

Walau begitu, atlet dan para penonton tepatnya suporter tak juga mau beranjak dari tempat duduknya. Semua mata tertuju ke lapangan pertandingan dengan hati yang berdebar-debar. Maklum, semua berharap, agar atlet idolanya menjadi juara.

Sekali ini, setelah melewati pertandingan sejak babak penyisihan, akhirnya Ricky dan Nada demikian panggilan akrabnya — memasuki babak yang menentukan — sementara, senja pun mulai turun. Dengan langkah tenang dan pasti sesuai dengan arahan “sabeum-nya” ia pun menapaki matras. Bersamaan dengan juri memberikan aba-aba mulai, Ricky pun tampak mencari celah untuk melancarkan serangan. Kali ini, karena babak penentuan, kehati-hatian benar-benar harus menjadi prioritas karena kesalahan yang kecil dapat berakibat fatal. Selain cedera, angka pun dapat diraih dengan mudah oleh lawan.

Kelincahan Ricky, ternyata membuat lawannya agak kewalahan. Akhirnya, lewat tendangan dollyo chagi dan ball chagi ia berhasil memenangkan pertandingan walau tidak dengan angka yang mutlak. Ricky pun berhak mendapatkan medali emas.

Tak cukup sampai di situ, kini giliran Nada memperlihatkan kebolehannya.

Agaknya, karena sebagai pertandingan penutup, maka, semua mata dan keriuhan teriakan tertumpah hanya kepada satu lapangan pertandingan. Di sini, mental atlet benar-benar diuji. Nada hanya bisa tersenyum sambil sesekali menarik nafas dan menghembuskannya keras-keras seolah hendak melepaskan himpitan beban yang memenuhi dadanya.

Saat pertandingan berlangsung, kali ini, Nada sengaja menerapkan gaya permainannya — yakni bertahan sekaligus langsung melakukan serangan balasan. Cara ini membuat lawannya agak kerepotan. Akhirnya, lewat dollyo chagi, ball chagi dan dwi chaoligi ia bisa memperkecil angka kekalahan. Sayang, ketika akan melakukan serangan balasan, waktu pertandingan pun habis. Akhirnya, Nada harus puas mendapatkan medali perak.

Menurut Ricky, mahasiswa Fak Hukum dan Nada, mahasiswa Fak Ilkes; “Sekali ini, selain faktor alam yang tidak menentu, boleh dikata, hampir semua atlet sudah mencapai titik terbaiknya”.

“Ya … apalagi pandemi sudah lewat sehingga kita bisa berlatih dengan baik”, sambung Nada.
“Prinsipnya, setiap saat, atlet harus benar-benar siap untuk bertanding,” timpal Ricky, “nah, tinggal kita yang harus benar-benar disiplin dalam mengatur waktu. Kapan waktu belajar, berlatih dan kapan kita berkumpul dengan teman-teman”, pungkasnya.

“Ya … selain medali tingkat provinsi, nasional bahkan internasional, Indeks Prestasi Kumulatif kita juga harus di atas tiga. Itu merupakan tuntutan yang juga harus diperhatikan dan diperjuangkan”, sambung Nada sambil minta diri untuk bersiap-siap pulang.

Seiring gerimis yang juga tak pernah berhenti, kami pun berpisah di pelataran di Indoor Stadion Sport Center, Kelapa Dua, Kab. Tangerang.

Selamat buat Ricky dan Nada. Terus berlatih dan Tetap Semangat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fourteen − two =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.